Rabu, 14 Maret 2012

Cara Menghitung Nilai Nasional SNMPTN

Cara menghitungan SNMPTN sangatlah berbeda dengan cara perhitungan konvensional, yang dimana perhitungan konvensional cenderung memberikan nilai yang diperoleh tanpa menarik kesimpulan terhadap populasi secara umum, kalau di istilah statistika namanya Statistika Deskripsi. Contoh cara menghitung konvensional misalnya, menghitung nilai UN, Nilai Ulangan Harian, dsb. Sedangkan, perhitungan nilai SNMPTN menggunakan metode Statistika Induktif atau inferensi yang dimana data yang telah diperoleh akan dianalisis agar diperoleh kesimpulan secara umum sehingga dapat di tarik kesimpulannya.

Bagaimana Alur-alur Lembar Jawaban & Data diproses?

Selama ini, proses seleksi telah menjadi suatu misteri sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa lulus tidaknya seseorang dalam SNMPTN ditentukan oleh faktor nasib. Peserta hanya memproses membayar, mendaftar, mengikuti ujian dan akhirnya menerima hasil. Sebagian besar peserta tidak mengetahui proses apa yang akan dilakukan panitia 
SNMPTN terhadap Formulir Pendaftaran dan Lembar Jawaban yang telah mereka isi hingga pengumuman hasil SNMPTN. Hal ini diperparah oleh keterbatasan informasi mengenai SNMPTN sehingga banyak peserta yang tidak lulus sering menjadikan proses ini sebagai kambing hitam. Proses komputerisasi SNMPTN dibagi menjadi dua tahap, yaitu Proses Validasi Data Regional yang di koordinator setiap Regional dan Proses Seleksi Nasional di kantor SNMPTN Pusat Salemba Jakarta.

Validasi Data Regional

Seusai ujian, seluruh lembar jawaban dan formulir pendaftaran langsung dikirimkan ke Pusat Ilmu Komputer (Pusilkom) Universitas Indonesia yang langsung melakukan proses scanning (Pemindaian), sementara untuk Regional II dan III dipusatkan di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Selama proses ini berlangsung juga dilakukan proses validasi/ pencocokan secara manual untuk memeriksa apakah data yang masuk komputer sama dengan data yang diisi oleh peserta.

Bila terjadi kesalahan maka akan diteliti apakah kesalahan disebabkan oleh peserta atau scanner (alat pemindai). Proses scanning akan diulang bila penyebabnya adalah scanner agar peserta tidak dirugikan. Tapi sebaliknya jika kesalahan berasal dari peserta ujian sendiri maka data akan dibiarkan apa adanya .

Selain itu juga akan dilakukan analisis soal untuk mengetahui apakah ada soal yang salah atau soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit

Setelah soal-soal itu dianulir, maka akan dilakukan penilaian yaitu Benar +4, Salah -1 dan kosong = 0. Nilai yang diperoleh disebut Nilai Mentah (raw score).

Seleksi nasional SPMB yang berasal dari regional I, II, dan III yang telah dilengkapi akan digabungkan menjadi satu di Pusat Ilmu Komputer Universitas Indonesia, dan selanjutnya akan dihitung statistik dari masing-masing set yaitu Rataan ( R ) dan Simpangan Bakunya (SB).

Selanjutnya Nilai Mentah (NM) dari masing-masing peserta dibakukan dengan persamaan NB = (NM-R)/SB. Nilai Baku menunjukkan seberapa jauh nilai peserta dibandingkan peserta lainnya.

NB ini selanjutnya ditransformasikan menjadi Nilai Nasional (NN) yang mempunyai rataan 500 dan simpangan baku 100 dengan rumus NN = 500 + ( 100 x NB).

Berdasarkan nilai inilah peserta akan diurutkan mulai dari yang tertinggi hingga yang terendah. Selanjutnya dilakukan Proses Alokasi yaitu penempatan peserta ke program studi sesuai dengan ketentuan peserta dengan nilai lebih baik mendapat prioritas untuk dialokasikan terlebih dahulu. Program studi hanya menerima sejumlah mahasiswa baru sesuai dengan daya tampungnya. Walau pun masih banyak calon dengan nilai sangat baik, kalau daya tampung sudah penuh maka alokasi akan ditutup.

Kasus ini sering terjadi pada program studi yang tergolong sangat favorit dengan peminat yang sangat banyak. Sebaliknya kalau daya tampung belum penuh akan terus dilakukan alokasi, walau pun nilai dari peserta sudah sangat rendah. Kasus ini terjadi pada program studi yang kurang/tidak favorit sehingga kurang diminati oleh peserta bahkan ada program yang daya tampungnya lebih besar dari jumla peminat.

Tidak ada nilai batas untuk menentukan diterima atau tidaknya peserta. Yang lebih menentukan adalah Daya Tampung dan Jumlah Peminta program studi yang bersangkutan.

NILAI MATI

Meskipun pada prinsipnya tidak ada nilai batas lulus ( passing grade), namun untuk mencegah ada peserta yang berspekulasi dengan hanya menjawab mata ujian yang dikuasainya dan mengabaikan mata ujian yang lain, maka ditetapkan suatu ketentuan yaitu bila ada peserta yang memiliki nilai mentah 0 < atau sama dengan 2,5 untuk 2 mata ujian atau lebih maka yang bersangkutan tidak akan diikutsertakan dalam proses alokasi. Peserta ini otomatis TIDAK AKAN LULUS dan nilai ini disebut NILAI MATI.*

*Tidak banyak pihak yang mengetahui adanya ketentuan ini sehingga banyak pihak termasuk pengelola Bimbingan Tes yang membantahnya. Namun informasi ini diperoleh langsung dari Prof. Dr. Toemin A. Masoem yang sejak tahun 1981 menjadi Ketua Tim Pengolah Data dan Pelaporan UMPTN Rayon A, B dan C melalui buku yang ditulisnya “ UMPTN atau Ebtanas, Mana yang lebih dapat diandalkan ?” (UI Press 1977) halaman 23, sehingga kebenarannya bisa dipertanggung jawabkan.

Pengetahuan akan Nilai Mati ini setidaknya bisa mengungkapkan misteri kenapa banyak siswa yang tergolong pintar tidak lulus, sementara yang biasa-biasa saja dapat lulus 
SNMPTN. Siswa pintar biasanya cenderung berkonsentrasi pada mata ujian tertentu saja seperti Matematika, Fisika dan kimia, dan biasanya mereka tidak terlalu memberi perhatian pada mata pelajaran yang bersifat hafalan seperti Biologi dan Bahasa Indonesia.

Dari hasil alokasi dibuat laporan awal yang selanjutnya akan dibahas dalam rapat rektor untuk diperikasa dan dikoreksi sesuai dengan kriteria dari masing-masing PTN.

Dari sini dapat kita tarik kesimpulan, bahwa perhitungan nilai nasional adalah perhitungan yang sifatnya dapat saling mempengaruhi satu sama lain. Oleh sebab itu, kita tidak dapat menghitung nilai nasional kita sendiri tanpa adanya data-data nilai dari peserta lainnya.

Semoga membantu! 

Disarikan dari:http://spmblover.18.forumer.com/a/bagaimana-menghitung-nilai-nasional_post379.html

22 komentar:

  1. Makasih banget nih mas buat infonya, benar2 sangat membantu!
    Akhirnya isu2 mengenai SNMPTN bisa terkuak juga hehehe..
    GBU!

    BalasHapus
  2. Wah thanks bgt nih. Postnya sangat membantu :)

    BalasHapus
  3. Mudah-mudahan persiapan menghadapi SNMPTN jadi lebih mantap dan lulus di jurusan yang diimpikan. Persiapkan keberhasilanmu dengan mengikuti super intensif SNMPTN di bimbel Nurul Fikri terdekat.

    BalasHapus
  4. tolong contoh kasus nilai mati dong kak, masih belum jelas.hehe makasih

    BalasHapus
  5. misalnya gini: kita ikut SNMPTN kemudian setelah dihitung, kita dapat nilai mentah dibawah 0 di bidang studi fisika, berarti kita kena nilai mati di bidang studi tersebut. konkretnya kita ngisi 6 soal, betul 1 salah 5. berarti nilai mentah kita adalah -1. berarti kita mesti waspada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau pada satu mapel kita hanya menjawab satu pertanyaan dan jwban kita ternyata salah, apakah termasuk nilai mati?


      #aku berharap nggak nilai mati..
      T,T

      Hapus
    2. berdasarkan informasi dari buku Pak Toemin, nilai kurang dari 0 termasuk nilai mati. bila hanya satu bidang studi saja yang kena nilai mati, kamu masih punya peluan dan harapan untuk bisa lulus snmptn. saya doakan mudah-mudahan perjuangan kamu selama ini tidak sia-sia dan kamu bisa kuliah di jurusan yang kamu impikan.

      Hapus
  6. berarti supaya diikutkan dalam proses alokasi tidak boleh ada nilai mata studi yang nilai mentah nya dibawah 0 ya kak? mohon penjelasannya hehe

    BalasHapus
  7. ya betul. usahakan dapat menjawab soal dan yakin benar. selamat berjuang ya. semoga sukses di snmptn.

    BalasHapus
  8. oke makasih kak. infonya sangat membantu :)

    BalasHapus
  9. sama-sama. mudah-mudahan kamu bisa lulus di jurusan pilihan pertama.

    BalasHapus
  10. Kak, nilai mati tdk boleh 2,5 utk 2 mt plajaran mksd ny ap?? Mhon pncerahannya. .

    BalasHapus
  11. itu adalah batas nilai mati secara umum yang akan dipakai untuk menentukan apakah kita akan diikutkan pada proses berikutnya dalam penentuan kelulusan atau tidak. jika ada 2bidang studi yang kena nilai mati, berarti kita tidak akan diikutsertakan dalam proses berikutnya. lihat komentar saya pada koment sebelumnya. ok? selamat berjuang. ingatlah untuk selalu berdoa, karena banyak yang tidak lulus bukan karena kurang cerdas tetapi karena kurang telit dan kurang strategi.

    BalasHapus
  12. trus kalo nilaiNYA 0 berarti tidak mati? N nilai k 2,5 kan kalo betul nilainya 4. Tanxa lagi kalo kena coretan pen di ljk itu dapat eror tdk?

    BalasHapus
  13. tadi kan dikatakan 2mapel dibawah 2,5 atau ada nilai minus,
    nah kalau kita tidak mengisi (dengan sengaja ataupun tidak) 1dimensi kemampuan dalam tpa, dengan kata lain mendapat nilai 0 dalam dimensi kemampuan itu, terus bagaimana?
    masihkah diikutkan dalam penilaian? kan kurang dari 2 (yang kurang dari 2,5).
    kenapa peraturan tersebut tidak disosialisasikan?

    BalasHapus
  14. TPA = tes potensi akademik, hal ini untuk mengetahui kemampuan akademis masing-masing peserta ujian. potensi ini adalah kemampuan bawaan. kita bisa meningkatkannya dengan banyak berlatih soal-soal yang pernah keluar. untuk tahun ini, hari selasa lalu (12/6) soal tpa lebih banyak bercorak matematika ipa. ini tentu saja kebijakan dari panitia. kita tidak bisa menggugat sama sekali. dengan penilaian yang sama dengan mata ujian di kemampuan dasar, ipa dan ips, tentu saja peraturan itu masih tetap berlaku.
    Prof. Dr. Toemin A. Masoem yang sejak tahun 1981 menjadi Ketua Tim Pengolah Data dan Pelaporan UMPTN Rayon A, B dan C melalui buku yang ditulisnya “ UMPTN atau Ebtanas, Mana yang lebih dapat diandalkan ?” (UI Press 1977) halaman 23(kutipan dari artikel di atas), sudah menjelaskan proses penilaian tersebut.
    maksud saya peraturan ini sudah lama sekali disosialisasikan. bisa jadi tidak banyak bimbel yang tahu hal ini.

    BalasHapus
  15. buat anonim: tiap tahun batas nilai mati bisa berubah, bergantung pada sebaran stastik yang ada. bila soalnya secara umum tingkat kesulitannya rendah (banyak soal yang gampang) bisa jadi batas nilai mati menjadi lebih tinggi dari tahun sebelumnya. sekali lagi, hal ini bergantung pada data statistik yang ada (jumlah peserta yang meningkat/menurun dibanding tahun sebelumnya). tentang coretan pena pada LJK; sebaiknya gunakan pensil untuk menulis segala sesuatu yang diperlukan di atas LJK, untuk menghindari rasa was-was (yang seharusnya tidak perlu terjadi) saat mengerjakan SNMPTN.

    BalasHapus
  16. Terima kasih atas artikelnya, sangat membantu dan informatif sekali.. :)

    BalasHapus
  17. mw tanya kak,, misalx lembar LJK kotor karena bekas hapusan jawaban yg salah sampai kotor keluar lingkaran, error tidak ?

    BalasHapus
  18. Mw nanya ka, jdi gmana kalau ada yg mengandalkan cuman di Tpa aja, kem. Dasar ma ipa hnya beberapa saja dkerjakan, & trnyata dy punya poin bnyk dri Tpa, itu kan gk adil???

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau kita perhatikan dari komentar yang sudah saya paparkan sebelumnya, kita akan bisa mengambil kesimpulan bahwa tidak boleh ada satu bidang studi pun yang boleh diremehkan. setiap soal yang kita jawab dengan benar akan meningkatkan nilai nasional kita. demikian juga bila soal yang kita jawab salah, pasti akan mengurangi nilai nasional kita. bila ada 2 bidang studi yang kena nilai mati, jelas peserta tersebut tidak akan lulus pada snmptn tahun tersebut. jadi tidak bakal ada kasus seperti yang kamu ajukan.

      Hapus
  19. kak, saya biasa bisa menjawab soal tpa, tes kemampuan ips, b.i dan bahasa inggris diatas 5, sedangkan untuk matematika dasar saya hanya mengerjakan satu soal dan hasilnya benar, apakah dengan mengerjakan matematika dasar satu soal dengan benar akan terkena nilai mati ?
    please dibalas kak, penting.. makasih :)

    BalasHapus